Minggu, 13 Januari 2013

PROFIL : PANTAS NAINGGOLAN


Pria yang bernama lengkap Pantas Nainggolan ini, lahir di Tapanuli Utara pada tanggal 7 Agustus 1963. Ia memutuskan mengucapkan janji setia sehidup semati dengan Rusmika boru Manalu, “tetangganya” sekampung pada tahun 1987. Jadi, sudah 25 tahun mereka mengarungi samudra kehidupan ini dengan segala suka dan duka. Pasangan ini dikaruniai Tuhan 4 orang putra-putri, yaitu El-Roi Pradana, ST, kedua Ester Putri Irene, ketiga, Elvis Putra Delafega, dan sibungsu Elshaddai  Indah Kurnia. Roi, putra sulung telah menyelesaikan pendidikan di perguran tinggi, sarjana tehnik.

Sosok pribadi pelayan Tuhan yang satu ini sangat low profile. Chasing khas Batak dengan wajah garang tetapi soal hati “mengalahkan wong solo” – apalagi setelah ia menerima Tuhan Yesus. Dibalik wajah khas Bataknya, sisi kelembutan akan terasa ketika kita berdialog dengan beliau. Kebapakan dan sangat dicintai oleh keluarga. Hubungan dengan anak-anak sangat dekat dan hangat.

Sungguh keputusan yang sangat tepat untuk menikahi Rusmika boru Manalu, sosok wanita luar biasa yang dengan setia dan sabar mendampinginya hingga saat ini. Sebelum hidup dalam Tuhan, kehidupan Pantas Nainggolan tidak jauh dari Lapo Tuak. Sekalipun aktif dikelompok KOOR, justru sehabis latihan di gereja HKBP Cakung, Jumat malam, nyampe rumah bisa Sabtu dini hari, karena keasyikan “Mar-mi-tu di lapo”. Terkadang mobil menjadi “losmen” tempat nginap semalem, karena tidak tega atau – ‘takut’ membangunkan istri yang sudah tidur pulas. Waktu itu keadaan ekonomi cukup baik, karena ia menjabat posisi yang mantap di PT Lampiri.

Menghadapi tingkah laku suami, ibu Rusmika mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Ia berkenalan dengan ibu Henny Noya dan sangat aktif dalam persekutuan doa. Tanpa disangka-sangka tahun 1998, setelah 14 tahun mengabdi, pak Nainggolan dipecat dari PT Lampiri, sesuatu yang sebenarnya tidak mungkin terjadi, sebab ia adalah pegawai yang paling berprestasi di kantor itu.

Tetapi Tuhan punya skenario lain, keadaan ini menjadi titik balik bagi pribadi-nya. Pada tahun 1999, di Gereja Pantekosta Pimpinan Roh Kudus, ia membuka hati dan menerima Tuhan Yesus di hidupnya. Pertobatannya tidak setengah-setengah, ia giat melayani Tuhan bahkan sempat menjadi wakil gembala Pdt. Musa Luntungan di Gereja tersebut.

Pada tahun 2000 pak Nainggolan bergabung dengan GBI Rehobot yang saat itu gembala wilayahnya adalah Bapak Gunawan. Bapak Budi mengajaknya menjadi aktifis, dan saat ini menjadi Tim Penggembalaan Wilayah. Pada Tahun itu juga Tuhan memberinya pekerjaan di PT Anten Asri Perkasa – hingga saat ini. Ibu Rusmika berkata, “Tidak ada yang lebih nikmat dalam hidup ini selain hidup dalam Tuhan. Ikut Tuhan itu selalu ajaib – tidak pernah kekurangan, walaupun ada  yang berkurang.  Maka mari kita jalani hidup ini dengan hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12). Pak Nainggolan berprinsip “Keluarga harus kompak, suami, istri dan anak-anak. Saling mengisi dan menjaga keseimbangan satu dengan yang lain. Jangan pernah takut menghadapi hidup ini, sebab hidup kita dijamin Tuhan.”


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar