Rabu, 02 Desember 2015

PERUBAHAN



NATS ALKITAB: Mat 18:1-5
PEMBACAAN ALKITAB:  Matius 18:3



Perubahan adalah salah satu prinsip penting dalam kekristenan. Prinsip ini harus ada dalam nafas seorang Kristen. Perubahan dapat terjadi dalam dua arah, yaitu perubahan ke arah positif maupun ke arah negatif. Sudah tentu yang dimaksud sebagai perubahan dalam nafas seorang Kristen adalah suatu perubahan ke arah positif, perubahan kepada kebaikan, suatu perubahan ke arah kesempurnaan. Seperti suatu organisme selalu berubah. Tanpa suatu perubahan berarti organisme tersebut adalah suatu organisme mati. Batu tidak akan pernah berubah karena batu adalah suatu benda mati, tetapi tumbuhan dilain sisi akan selalu berubah dengan mengalami pertumbuhan, karena tumbuhan adalah orgnanisme yang hidup.

Orang percaya adalah organisme yang hidup karena Tuhan memberikan benih kehidupan di dalam diri orang percaya tersebut. Sebagai suatu organisme, maka benih yang ditaruh Tuhan itu harus mengalami proses perubahan. Hari demi hari, dalam pengiringan dan pembentukan melalui firman Tuhan, orang percaya tersebut dituntut untuk terus mengalami perubahan. Perubahan itu akan membuat  orang percaya mengalami pertumbuhan, yaitu kedewasaan rohani. Hanya dengan pertumbuhan dan kedewasaan rohani maka seorang percaya dapat memperoleh tempat di Kerajaan Allah, namanya tercantum dalam kitab kehidupan. Prinsip ini harus dipahami dengan baik oleh setiap orang percaya, karena prinsip ini adalah salah satu prinsip utama.

Kekristenan, seperti halnya orang percaya, bukanlah sesuatu yang statis, ia adalah sesuatu yang dinamis. Menjadi dewasa secara rohani, dicatat namanya dalam Kitab Kehidupan adalah sesuatu yang harus diupayakan. Dalam Matius 18:3 kata penting yang harus diperhatikan di sini adalah bahwa kata bertobat diikuti dengan kata dan. Kata bertobat tidak berdiri sendiri, kata itu diikuti dengan kata lain, yaitu dan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila Tuhan tidak menuntut suatu perubahan, kalau Tuhan tidak menuntut orang berkembang, tentunya IA tidak akan menggunakan kata dan. Pasti Tuhan hanya mengatakan bertobat.
Perhatikan kata menjadi anak kecil. Kata Anak kecil di sini diambil dari kata dalam bahasa aslinya paidion”, yaitu anak usia 7 sampai 14 tahun. Paidion adalah masa efektif bagi seorang anak untuk dididik, karena kurang dari usia 7 tahun seorang anak masih terlalu muda, masih kekanak-kanakan, sulit untuk dididik. Setelah memasuki usia 7 tahun mulai anak itu dididik dan efektif dididik sampai si anak berusia 14 tahun. Inilah pengertian anak dari kata paidion tersebut. Dengan penjelasan tadi maka sekarang kita dapat mengerti kesejajaran kata bertobat dan menjadi seperti anak kecil. Artinya bahwa setelah orang merasa diri sudah bertobat, punya komitmen untuk meninggalkan dosa-dosa dan keterikatannya dengan dunia, maka selanjutnya orang itu harus mau dididik. Sebagai orang yang bertobat kita adalah paidion, kita berada pada usia yang efektif untuk dididik oleh Tuhan, efektif untuk dibentuk, diubahkan atau dibaharui. Oleh karena itu kita sebagai orang yang bertobat mestinya memiliki kegiatan yang sungguh-sungguh intensif dalam mencari kebenaran firman Tuhan.
Pembentukan kita sebagai paidion ini akan menjadi fondasi yang kokoh bagi berkembang iman kita di kemudian hari. Dengan pengertian yang sudah diperoleh dalam uraian di atas, dapat dimengerti sekarang bahwa sungguh malang apabila seorang Kristen merasa sudah jadi Kristen, sudah selamat. Karena itu ia hanya tinggal menunggu mati saja dan pada saat ia mati pasti masuk surga. Dengan pemikiran yang salah seperti ini keselamatan digambarkan seperti asuransi. Pengertian ini menyesatkan dan harus diberikan penjelasan yang benar. Pengertian seperti ini berbahaya.


Minggu, 18 Oktober 2015

MEMPERLAKUKAN TUHAN SEBAGAI PRIBADI YANG HIDUP

Pembacaan Alkitab: Yakobus 2:14- 26
Nats Alkitab             : 
Yakobus 2:17: “ Demikian juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai dengan perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati”




Mempercayai eksistensi atau keberadaan TUHAN di tengah-tengah dunia modern seperti sekarang ini tidak mudah, karena Semakin banyak pemikir-pemikir dan kaumintelektual yang menganut faham nihilistis . Faham ini menyatakan bahwa dewa-dewa atauallah tidak ada atau tidak perlu ada. Keberadaan TUHAN harus dapat dibuktikan atau diverifikasi secara sains, jika keberadaan-Nya tidak dapat dibuktikan maka keberadaan TUHAN non-sense. Faham seperti ini akan melahirkan para pemikir bebas atau free thinkeryang menganggap kepercayaan kepada TUHAN adalah suatu kebodohan. Selain kita dibesarkan dalam lingkungan ateis, kita juga berada di lingkungan ateis praktis yaitu orang-orang beragama namun kelakuan mereka membuktikan bahwa mereka adalah kelompokmanusia yang menyangkal secara mutlak keberadaan Allah. Ironisnya kelakuan mereka bahkan lebih buruk dari para ateis.


Hal ini dibuktikan dengan faham-faham tertentu dari suatu agama, namun pada kenyataannya tidak menghargai hak asasi dan kebebasan orang lain dalam memeluk agama yang dianutnya (intoleran). Kekerasan secara fisik sampai tingkat di luar batas kemanusiaan dilakukan oleh orang-orang yang mengaku dirinya sebagai manusia yang beragama dan berTuhan. Namun kenyataannya yang diperagakan menunjukkan mereka tidak berTuhan.Kedua perilaku seperti ini membuat hati nurani mereka menjadi gelap sehingga membuat mereka tidak akan dapat memahami kebenaran Allah (Matius 6:22; Lukas 11:34). Orangyang tidak percaya adanya Tuhan dan beragama namun namun hanya teoritis saja akanmengundang Iblis mendominasi seluruh kehidupannya. Orang-orang seperti ini tanpa sadarmengikatkan dirinya dengan kuasa kegelapan sehingga pada akhirnya akan menjadimempelai abadinya.


Sebagai orang percaya keyakinan akan Allah tidak cukup sebuah pengakuan bibir saja. Pengakuan ini haruslah diekspresikan secara konkret dalam kehidupan. Dalam hal iniYakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 2:14- 26). Perbuatan seseoranglah yang menghidupi imannya. Seharusnya orang yang percayakepada Tuhan merealisasikan kepercayaannya semakin jelas dalam perilakunya secarakonkret. Tetapi pada kenyataannya, seringkali kita tidak memperlakukan Dia sebagai Pribadiyang hidup. Dari mulut bisa saja seseorang mengaku percaya adanya Tuhan, tetapi dalamhidup dan kelakuan sehari- hari tidak menunjukkan bahwa ia mengakui adanya Tuhan. Inilahyang disebut ateis praktis. Mereka adalah kelompok orang yang tidak menganggap Allah sebagai Pribadi yang patut dihormati. Mereka bersikap tidak peduli, acuh tak acuh terhadapTuhan. Karena Allah tidak kelihatan, tidak dapat dijamah dan tidak dilihat dengan matajasmani, maka Ia diperlakukan atau dianggap tidak ada.


​Dalam hal apa dan bagaimana seseorang tidak memperlakukan Allah sebagaiPribadi yang hidup? Dalam hal (1)ketika mereka hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, yang berarti mereka tidak memedulikan perasaan Tuhan. Selain itu, (2)ketika mereka merasakhawatir, takut, cemas dalam menghadapi segala persoalan hidup. Sebab kekhawatiran, ketakutan, kecemasan adalah bahasa orang yang tidak percaya. Seolah-olah Tuhan tidak adaatau kalau percaya Allah itu ada mereka menilai bahwa Allah tidak bertanggung jawab atashidup manusia sebagai ciptaan-Nya, terlebih sebagai anak-anak-Nya. Kalau seseorangmenganggap Allah tidak mau tahu dengan kesulitannya, maka sebagai akibatnya seringkali ialebih bersandar dan bergantung kepada obyek lain dan mulai membelakangi Tuhan. Seseorang dikatakan membelakangi Tuhan adalah ketika iadalam menghadapi danmenyelesaikan persoalan, tidak melibatkan Tuhan di dalamnya. Sebagai orang percaya kitaharus percaya bahwa kuasa Tuhan tetap nyata dan tidak terbatas. Tidak ada perkara yang mustahil bagi-Nya.Ia adalah Allah yang tidak berubah, dahulu sekarang sampai selama-lamanya. Namun demikian perlu ditambahkan di sini bahwa melibatkan Tuhan bukan berartimengurangi tanggung jawab dan kerja keras kita.


​Apa yang pernah Allah lakukan dalam sejarah dan sebagian ditulis oleh Alkitabjuga Allah kerjakan pada zaman kita di abad komputer ini. Ini berarti manusia modern bisamengalami Allah secara riil. Ia tidak berubah (Ibrani 13:8). Dia adalah Penguasa yang tidakkelihatan yang menentukan segala sesuatu. Pemerintahan dan kuasa-Nya tidak terbatas, dibumi dan di surga (Matius 28:19-20). Dia adalah Allah yang hidup, nyata, riil dan ada. Diaadalah sahabat yang dapat dan mau dimintai pertimbangan. Ia adalah Pribadi yang berperasaan. Itulah sebabnya kita harus menjaga dan menghormati perasaan-Nya.Dia jugaadalah Bapa yang dapat dan mau mencukupi kebutuhan anak-anak-Nya, menghibur, menguatkan, menyembuhkan.Dia adalah pemelihara sempurna, Juru Selamat atas setiappergumulan hidup ini. Oleh sebab itu harus ditegaskan bahwa hendaknya kitamemperlakukan Dia sebagai Allah yang hidup. Orang yang memperlakukan Allah sebagaiAllah yang hidup, pasti berusaha untuk bisa melayani Dia dengan segala kekuatan dankekayaan serta potensi yang ada padanya, tanpa batas.

FOKUS YANG BENAR


Rasul Paulus dalam suratnya berkata: "Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul” (1Kor. 9:26). Dalam tulisan ini Paulus menggambarkan dirinya seperti seorang pelari di dalam arena dan petinju yang sedang berada di ring tinju. Ia tahu persis bahwa seorang pelari tidak boleh berlari tanpa tujuan yang pasti demikian juga dengan seorang petinju, ia tidak boleh sembarangan memukul tetapi harus memperhatikan arah atau fokus yang tepat. Untuk itu arah sangat penting, bukan hanya kecepatan tangan atau langkah kaki yang harus dimilikinya, tetapi juga arah langkahnya. Hidup ini adalah sesuatu yang sangat hebat, pergumulan yang luar biasa, artinya sesuatu yang harus digumuli secara serius. 

Bagi manusia pada umumnya, garis fisnish hidupnya adalah kematian, dan setelah itu mereka tidak tahu apa yang akan terjadi secara pasti. Tetapi orang percaya harus memastikan apa yang harus mereka raih setelah menjalani hidup ini. Itulah sebabnya selain menjadi anggota masyarakat yang baik, orang percaya harus mengumpulkan harta di surga (Mat. 6:19-20).

Mengumpulkan  harta di surga artinya adalah  kegiatan hidup yang tidak umum atau yang tidak dilakukan oleh orang yang tidak menjadi umat pilihan. Kegiatan apakah itu? Kegiatan itu adalah USAHA UNTUK MENJADI MANUSIA YANG SEMPURNA SEPERTI TUHAN YESUS. Sempurna dalam segala hal yang kita lakukan. Sempurna dalam perkataan, sempurna dalam pola makan, sempurna dalam kejujuran, sempurna dalam menepati janji, sempurna dalam kehidupan seks, sempurna dalam bekerja dan mengembangkan diri, sempurna sebagai ayah, sebagai ibu dan lain sebagainya. Hal ini menuntut perjuangan yang sangat berat. 

Jadi, SUKARNYA PERGUMULAN itu bukan terletak pada sukarnya mencari nafkah, sukarnya mempertahankan reputasi, membela harga diri dan nama baik, mengokohkan kedudukan dan kekuasaan dunia, tetapi pada usaha menjadikan semua kegiatan hidup kita menyukakan hati Tuhan.Melalui berbagai kegiatan hidup tersebut kita memberi diri digarap oleh Roh Kudus untuk menjadi sempurna. Inilah arah hidup yang benar.  Seseorang yang arah hidupnya sudah benar, ia harus terus bertahan untuk ada pada jalur yang benar, ia tidak boleh menyimpang kekanan atau kekiri. MENYIMPANG artinya TIDAK MENGERJAKAN SEMUA DENGAN BAIK BAGI KESUKAAN HATI TUHAN. Dengan demikian, dalam menjalani hidup ini kita bukan hanya menjadi manusia normal seperti yang lain, tetapi menjadi manusia yang luar biasa. Hal ini sesuai dengan panggilan yang Tuhan Yesus berikan agar kita memiliki hidup yang luar biasa (MORE EXCELENT, MEMPESONA) (Mat. 5:20). Tuhan Yesus menghendaki orang percaya memiliki kehidupan yang luar biasa atau sempuna; dikatakan dalam ayat itu bahkan melebihi tokoh-tokoh agama pada waktu itu.

Kamis, 10 September 2015

PERANAN KORDINATOR DAN WAKIL KORDINATOR K3R DALAM PENGGEMBALAAN JEMAAT



Jika sebuah gereja memutuskan untuk membentuk komunitas sel, maka prinsip-prinsip dasar sebuah komunitas sel harus dikerjakan. Untuk itu, peranan coordinator dan wakil dalam penggembalaan jemaat berarti secara umum mendukung pelayanan jemaat, dalam hal ini terkait dengan catur tugas pelayanan gereja:

1.      Koinonia/persekutuan: salah satu tugas panggilan gereja adalah bersekutu. Dalam gereja, persekutuan dilakukan dalam ibadah-ibadah raya, tengah minggu dan/atau kategorial (sekolah minggu, remaja, pemuda, WBI, lansia, dll.). Komunitas sel menjadi salah satu alat persekutuan untuk menjangkau jemaat, agar jemaat makin saling mengenal, saling membangun, dan bertumbuh serta kemudian menjangkau orang-orang lain.

2.      Marturia/kesaksian: gereja memiliki panggilan untuk bersaksi kepada dunia luar. Ini dapat dipahami baik dalam misi maupun penginjilan. Kelompok sel memiliki bagian penting dalam melaksanakan tugas ini dengan menjangkau orang-orang lain dan membawanya mengenal Kristus.

3.      Diakonia/penatalayanan:Gereja memiliki tugas penatalayanan terhadap sesama. Banyak jemaat yang mengalami pergumulan sosial-ekonomi dan gereja yang baik adalah gereja yang saling tolong-menolong. Kelompok sel membantu untuk mengenali dan menolong jemaat yang bergumul dalam masalah sosial-ekonomi karena dalam kelompok sel setiap pergumulan menjadi pergumulan bersama.
4.      Kerygma/pemberitaan: Gereja juga memiliki tugas untuk memberitakan kabar baik kepada jemaat maupun dunia luar. Komunitas sel menjadi perpanjangan tangan gereja untuk menyampaikan berita ini.


FOKUS K3R ADALAH PEMURIDAN DAN PERSAUDARAAN DALAM KRISTUS



I.           Pemuridan dalam K3R

a.       Apakah pemuridan itu?
b.      Mt. 28:19, 20: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”Pemuridan berarti menjadikan orang-orang murid Kristus.
c.       Saat merekamenjadi murid Kristus, mereka perlu di ajar untuk melakukan segala sesuatu. Untuk itu, mereka perlu diajar segala sesuatu.
d.      Setiap anggota adalah pelayan (Ef. 4:11, 12).
e.       Pelayanan didistribusikan kepada semua anggota. Artinya, semua anggota terlibat dalam pelayanan.
f.       Sel yang baik adalah ketika pemimpin menggerakkan anggota-anggotanya untuk aktif melayani. Gereja adalah imamat am (1 Pet. 2:9). Semua orang percaya adalah imam Allah


     
  II.           Hubungan PERSAUDARAAN yang efektif dapat dibangun di dalam:
a.       kekudusan (Rm. 12:1, bdk. Mt. 5:48, sempurna sepadan dengan kudus di mana kutipan dari Im. 19:2 merupakan kudus.)
b.      ketulusan dan kejujuran (Kej. 20:6: ketulusan mampu menghindarkan kita dari
berbuat dosa; Yos. 24:14; Mzm. 25:21)
c.       belas-kasih (compassion) (Rut 2:10, belas kasih bahkan ditujukan kepada orang-
orang asing; Mzm. 112:5; Ams. 14:21, 31; 19:17)
d.      simpati adalah memahami orang lain
e.       empati adalah menaruh diri pada posisi orang lain
f.       kerendahan hati (Mzm. 22:26; 25:9; 37:11; Ams. 3:34; 11: 2; 15:33 )

   

Prinsip kepemimpinan yang harus dimiliki kordinator K3R



(Joel Comiskey, Ledakan Kelompok Sel, h. 28, 29)
a.       Sudah bertobat dan hidup kudus
b.      Sudah cukup dewasa rohani (bukan baru bertobat)
c.       Pemimpin sel wajib memiliki saat teduh rutin
d.      Survei membuktikan, pemimpin sel yang saat teduh rata-rata 90 menit atau lebih, lebih efektif dalam membangun selnya untuk berkembang Pemimpin sel perlu berdoa syafaat bagi para anggotanya.
e.       Perlu menetapkan sasaran
f.       Perlu dilatih dan kemudian melatih anggotanya
g.      Membangun dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, dan mengupayakan berjumpa dengan orang-orang baru setiap saat.
h.      Mendorong anggota-anggotanya untuk mengundang rekan-rekan mereka hadir dalam kelompok sel.
i.        Membangun hubungan yang baik dengan anggota di luar kegiatan kelompok sel, termasuk kunjungan kepda anggota-anggota selnya
j.        Memberi diri dipimpin Roh Kudus dan Firman Allah
k.      Mendorong penginjilan para anggota kelompok
l.        Studi statistik menunjukkan tidak penting apa karunia rohani si pemimpin (menginjil, mengajar, memimpin, dll.). 

Terpenting adalah ia bersungguh-sungguh melayani kelompoknya