Minggu, 07 April 2013

PROFIL : JONAS SIAHAAN




Bapak Jonas Siahaan lahir tanggal 3/8/49 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Ia menikah dengan Kontarina boru Hutasoit pada tanggal 23/12/74. Ibu Kontarina sudah lebih dahulu kembali kepada Bapa di sorga. Tuhan mengaruniakan 5 orang anak yaitu : Ernawati, Jony, Erwin, Fery dan Fernando. Saat ini beliau sudah memiliki 5 orang cucu.

Setelah tamat STM di Siantar, tahun 1970 pak Jonas pergi merantau ke Jakarta. Lima Tahun di Jakarta, ia tidak memiliki tujuan yang jelas. Ia kembali ke kampung dan memutuskan untuk menikah. Ini mungkin kisah cinta terkilat di dunia. Suatu kali ia pergi mengikuti pesta gereja. Bertemulah dengan pujaan hati. Dengan piawai, ia mengajak nona Kontarina menikah. Akibat rayuan maut-nya, sang nona akhirnya luluh. Maka pernikahanpun dilaksanakan. Dikira direktur, padahal  kondektur bis Arion.

Setelah menikah, mereka ke Jakarta memulai kehidupan. Mereka tinggal di Tanjung Periuk. Singkat cerita ada kerabat ibu Kontarina yang bekerja di Mabes Angkatan Darat. Melalui kerabatnya itu pak Jonas diterima bekerja sebagai PNS di TNI AD, dan pensiun sejak tahun 2006.

Sejak awal, kerohanian pak Jonas biasa-biasa saja – ia jarang pergi ke gereja. Tetapi ia mulai tersentuh semenjak anaknya yang pertama, Erna mulai ikut beribadah di sebuah gereja kharismatik di daerah Sunter Agung. Walau tidak melarang, pak Jonas tidak menyukai aktifitas ibadah yang dilakukan istri dan anak-anaknya tersebut karena bertepuk tangan, menangis, lompat-lompat. Hal itu berlangsung selama lima tahun. Hingga pada suatu hari, karena penasaran pak Jonas mencoba mencari tahu, apakah tepuk tangan itu alkitabiah atau tidak. Ia menemukan Mazmur 98:8 “Biarlah sungai-sungai bertepuk tangan, dan gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama”. Sejak itu ia mau ibadah di gereja tersebut, bahkan terlibat dalam pelayanan. Lima tahun beribadah di sana, iman pak Jonas tidak bertumbuh.

Masalahnya gembalanya Pdt. P.Panjaitan mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan alkitab. Misalnya pendeta itu menyuruh jemaatnya memuja dirinya, jemaat tidak boleh menikah diluar jemaat itu. Jika ada jemaat yang ke luar akan dikutuk Tuhan. Setelah bergumul dalam doa, akhirnya pak Jonas sekeluarga memutuskan ke  luar dari gereja itu. Mereka pindah rumah ke THB. Di sini ia berkenalan dengan gereja Naviri Sion yang dikemudian hari bergabung dengan Rehobot. Selama di Rehobot ia menemukan kebenaran yang terus menerus mendewasakan imannya dan menyelamatkan seluruh keluarganya. Mari mengenal kebenaran dan bertumbuh dalam Firman. Tuhan Yesus memberkati. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar