Kamis, 14 Februari 2013

PRESTASI KARENA TEKUN DALAM PENGHARAPAN


“Kesusahan tidak pernah membuat aku surut untuk meraih cita-cita karena aku tahu bahwa kesusahan bagi kami, diibaratkan “durian montong”, dimana tampak luar memiliki duri yang menyakitkan tetapi di dalamnya kita bisa menikmati buahnya yang sangat legit” demikian penggalan kalimat dari MELDA SIREGAR (28) yang diwisuda sebagai lulusan terbaik pada Fakultas Teknologi Komputer dan Informatika di Universitas Mpu Tantular, Jakarta. Berikut adalah penuturannya lebih lanjut.
MELDA SIREGAR setelah wisuda berpoto bersama kedua orang tua dan adik-adiknya.


Sejak SMP sudah menyenangi komputer dan selalu bercita-cita setelah lulus SMA akan melanjutkan kuliah di bidang ilmu komputer. Tapi hidup tidak seperti yang dibayangkan dan dipikirkan. Usaha yang dirintis oleh ibunya dari nol mengalami kebangkrutan total dan warung yang sudah dibuka bertahun-tahun harus tutup, bukan hanya itu pada saat kebangkrutan tersebut papanya mengalami sakit paru-paru basah dan separuhnya sudah rusak. Ketika itu dia di bangku SMA, tetapi keadaan ekonomi yang sulit tidak menjadi penghalang baginya dan keluarga untuk tetap percaya bahwa Tuhan akan menopang kami melewati lembah kelam itu,


Setiap malam sekeluarga bergandengan tangan sujud berdoa memohon ampun dan berserah atas apa yang mereka alami, dan berdoa memohon untuk kesembuhan papanya. Begitu juga dengan kondisi ekonomi keluarga yang sulit tidak mengurangi keyakinannya untuk tetap kuliah dan meraih cita-cita. Sepanjang bersekolah SMA dari kelas 1 hingga kelas 3, dia berjuang dengan berjualan kripik singkong dan es mambo di sekolah hanya untuk mendapatkan ongkos naik angkot dari sekolah pulang ke rumah. Tas sekolah berisi kripik dan es mambo untuk itu dia meninggalkan semua buku di sekolah.


Meskipun hal itu dialami, tidak pernah membuatnya berhenti bercita-cita dan terus mau belajar, dan  tetap mendapatkan peringkat ke-2 di kelas. Bukan hanya itu, selama di SMA tidak bisa membayar SPP sekolah. Tuhan maha baik, Dialah Allah yang menyediakan, itulah yang saya alami secara pribadi. Pertolongan Tuhan yang tidak pernah terlambat. Di saat kelas 3  mengikuti Ujian Akhir Nasional, saya harus membayar seluruh hutang SPP selama 3 tahun sekolah, tetapi di saat yang tepat juga Tuhan memberikan keluarga kami berkat yang luar biasa melalui orangtua yang hebat memulai usaha baru, yaitu memelihara jangkrik. Dengan usaha ini kebutuhan keuangan keluarganya terpenuhi dengan memberi kami hasil yang luar biasa, akhirnya hutang SPP selama 3 tahun terbayarkan.


                 Semua hal yang dialami tidak pernah membuatnya untuk mengurungkan niatnya kuliah. Tetapi setelah lulus SMA, akhirnya dia pun tahu tidak bisa kuliah karena kondisi keuangan keluarga belum stabil dan kondisi papanya masih sakit. Sejenak dia seperti melupakan cita-citanya melanjutkan kuliah, dan bekerja sebagai Admin selama 4 tahun di Kawasan Industri. “Tidak ada yang pernah tahu, bahwa sepanjang bekerja selama 3 tahun, selama itu juga saya selalu berdoa kepada Tuhan supaya saya kuliah.” Akhirnya setelah 3 tahun berdoa, Tuhan menjawab doanya dengan berkuliah di Universitas Mpu Tantular (Jakarta), jurusan Teknik Informatika. Pada saat kuliahpun, perjalanan hidupnya tidaklah mudah, di tahun kedua kuliah, harus mengambil keputusan untuk cuti dari kuliah, karena uang kuliah yang mahal dan sudah tidak bekerja lagi di Kawasan Industri. Saat itu sedang memulai usaha Warnet dan membu-tuhkan biaya yang besar, dan akhirnya diputuskan cuti kuliah dan memfokuskan ke warnet.

Tanggal 28 November 2012 itulah saat indah dimana tepat tanggal itu akhirnya dia diwisuda, setelah melalui banyak hal. Bukan hanya itu Tuhan memberkati usaha kerasnya dengan menjadi mahasiswa lulusan terbaik tahun 2012 di Fakultas Teknologi Komputer dan Informatika. “Semua yang saya alami saya tahu bahwa Tuhan


selalu campur tangan dalam hidup saya dan keluarga. Dan semua ini saya boleh rasakan karena saya memiliki sebuah keluarga yang saling menopang satu sama lain, seperti yang hambanya Pdt. Judika   Sihaloho selalu katakan untuk melayani sesama, semua itu harus dimulai dari keluarga dan saya menarik suatu kesimpulan bahwa ketika hubungan keluarga itu sehat, maka sehat jugalah seisi keluarga itu”. Lanjutnya “Meskipun kami mengalami banyak hal susah dalam hidup, kami selalu bisa menjalani nya bersama-sama, berdoa bersama-sama, dan tidak mementingkan diri kami masing-masing. Kesusahan tidah membuat saya surut untuk meraih cita-cita, karena saya tahu kesusahan bagi kami di ibaratkan buah durian montong, dimana tampak luar memiliki duri yang menyakitkan tetapi dari dalamnya kita dapat menikmati buah yang sangat legit. Begitu juga bagi kami walau  merasakan kesakitan  dari penderitaan yang kami alami tetapi ketika keluarga bersatu dan berserah disitulah Tuhan memberikan jalan keluar yang tidak pernah kami duga, kami tahu Tuhan itu baik.”


Semoga hal ini menjadi inspirasi untuk setiap orang muda di Rehobot THB dan dimana saja untuk tidak mudah putus asa tetapi terus berjuang untuk meraih prestasi dan memliki pengharapan akan pertolongan Tuhan Yesus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar