Senin, 09 Maret 2015

PROFIL : Rubertus Rusta Aprilianto



Putra tunggal kelahiran Jakarta, 22 April 1986 dari Bapak Yohanes Suyoto & Ibu Rusmini. Dibesarkan didalam keluarga Kristen Katholik, dari TK sampai dengan SLTP bersekolah di sekolah Kristen Bethel (Yayasan Bethel Shalom), Ampera Tanjung Priok-Jakarta Utara.

Pengenalannya kepada Tuhan dibangun beriringan antara didikan Kristen Katholik  di rumah & didikan Kristen Protestan di sekolah. Keduanya memperkaya pengetahuan & pengenalan kepada Tuhan. Di SMUN 80 Sunter Jakarta-Utara, mendapat didikan secara Kristen walaupun mayoritas di sekolah Negeri adalah Muslim. Selama 3 Tahun bersekolah di SMUN 80. “Saya semakin mantap bahwa
pengenalan kepada Tuhan itu hanya melalui cara ibadah Kristen Protestan/Karismatik. Dimana saya mengenal Tuhan Yesus tanpa perantara Bunda Maria, beribadah harus membawa Alkitab,
tidak mencium Salib ketika akan mengahadapi Paskah, tidak lagi mengaku dosa dihadapan Romo/ Pastur, tidak lagi menghafal Doa Bapa Kami yang tidak sesuai dengan Alkitab, dsb. Saat itu hanya disitu awal mula saya mengenal Tuhan. Kristen yang masih sangat anak-anak. Yang hanya tahu Tuhan Yesus baik, Maha penyembuh, Maha Pemurah, Maha berkat.”

Dibesarkan di tengah Keluarga yang sederhana, ibu seorang Guru TK & Bapak Karyawan Rumah Sakit (sudah pensiun). Sementara saya berkuliah di Universitas
Gunadarma, Depok. Untuk menunjang uang semester & biaya hidup Keluarga, mereka berdagang makanan Gudeg Jogja dipinggiran jalan Pondok Ungu Permai sekitar Blok II. Hasil dari dagang Gudeg Jogja tersebut sangat lumayan sampai akhirnya dapat meluluskannya menjadi seorang Sarjana Diploma 3 Manajemen Informatika.

Berjemaat di Rehobot THB sejak Tahun 2004 dimana saat itu yang menjadi gembala wilayah adalah Pdt. Brikson Hutapea. Masuk ke gereja ini tanpa ada yang mengajak dan mengikuti ibadah umum.  Sampai akhirnya menjadi anggota Pemuda, yang waktu itu dipimpin Oleh Mas Denny sebagai Kabid & Abang Joseph M Gultom sebagai Wakilnya. Tahun demi tahun berjalan, berjemaat biasa seperti orang pada umumnya. “Waktu Itu yang saya rasakan Nafas Rehobot belum sekuat & sekental sekarang. Saya berpikir semua Gereja itu sama, termasuk Rehobot THB pada saat itu” sahutnya.

Cita-cita awalnya menjadi Jurnalis/penulis, bahkan ingin menjadi pemain Band profesional. Cita-cita menjadi seorang penulis buku karam seiring dengan waktu. Akhirnya saya tergabung dalam sebuah grup band sekuler, menciptakan lagu dengan mimpi yang besar. Ingin menjadi Artis. Serius dengan Band, sampai lupa bahwa saya memiliki beban moral kepada Orang Tua, yaitu harus lulus kuliah. Sempat mundur skripsi (Penelitian Ilmiah) sampai 1 Semester dari jadwal yang sudah ditetapkan karena terlalu asik ngeband. Akhirnya saya putuskan untuk keluar dari angan-angan menjadi seorang Artis. Saya malu melihat Orang Tua banting tulang membiayai kuliah & hidup saya. Tahun 2008 awal saya lulus dengan IPK biasa saja. Lepas dari perkuliahan, teman saya menawari saya pekerjaan. Karena perusahaannya sedang membutuhkan seorang Operator Data Center Non Muslim. Tanpa pikir panjang, saya langsung menaruh lamaran ke perusahaannya. Saya dipanggil untuk interview di gedung Menara Era Senen Jakarta Pusat. Nama perusahaannya Data Prima Sejahtera, ternyata ini adalah perusahaan outsourcing. Saya tidak mempedulikan status outsource atau bukan, yang terpenting saya bisa bekerja. Gaji awal saya bekerja hanya 1,2 Juta. Dengan alasan, bekerja tanpa menggunakan Ijazah (belum keluar dari pihak Kampus). Tapi diterima, dan saya ditempatkan di Perusahaan client (penerima jasa) yaitu GE Money sebagai Operator Data Center.

Seiring berjalannya waktu gaji saya bertambah 300 ribu. Saya memberanikan diri menyicil sepeda motor. Tidak tanggung-tanggung, cicilannya 1 Juta perbulan. Alhasil sisa uang hanya 500 ribu untuk ongkos & lain-lain.
Saya bersyukur karena Ibu saya membawakan bekal makanan setiap kali berangkat kerja. Menu yang sangat istimewa, oseng-oseng sawi putih & telor dadar/ceplok dengan rasa yang sama setiap hari. Walau sangat bosan dengan menu itu, mau tidak mau harus kujalani. Masuk di tahun 2011 dibulan September, secara tidak sengaja saya melihat seorang gadis dengan penampilan polos, biasa saja. Selepas ibadah umum sore, gadis ini duduk berdua dengan seorang temannya. Didalam benak saya waktu itu hanya ingin mengajak mereka bergabung didalam ibadah pemuda (kebetulan saya menjabat sebagai Kabid Pemuda). Namanya Yuliana, kelahiran Karanganyar-Solo 08 Juli 1988. Dia seorang Perawat di RS. Citra Harapan - Harapan Indah Bekasi. Perkenalan yang singkat, karena bulan depan dia harus kembali ke Solo dan menetap disana. Kuyakinkan diriku, dengan harapan apabila jodoh tidak akan lari. Benar saja, begitu kupinang hatinya bagai gayung bersambut. "Mas sudah bosan berpacaran, Mas mau menikah..kamu mau menikah dengan Mas?", kira-kira itu yang saya utarakan. Dia menjawab "Mau Mas", ahaaiiii. Akhirnya niat untuk menetap di Solo pupus. Namun tidak sampai disitu, masalah mulai timbul. Untuk menikah membutuhkan biaya yang besar. Saya mengutarakan kepada pihak Keluarga & Orang Tuanya bahwa akan menikahi Yuli dalam kurun waktu 2 tahun mendatang. Meskipun mustahil, karena banyak cicilan yang harus saya bayar, termasuk cicilan rumah dengan gaji 2 juta pada waktu itu. Saya berpikir keras dan memutuskan untuk pindah kerja, dengan harapan mendapat income yang lebih baik. Terobosan ini berhasil pada waktu itu, saya sudah diterima di perusahaan yang baru di Gedung Cyber 2 Jakarta sampai dengan tahap negosiasi & deal. Namun bersamaan dengan itu, empat rekan kerja saya diperusahaan sebelumnya juga mengundurkan diri (resign). Entah kenapa hanya saya yang ditahan untuk tetap bertahan sebagai operator Data Center?. Akhirnya terjadilah negosiasi disitu, sampai akhirnya saya deal menjadi karyawan tetap Data Prima Sejahtera plus gaji yang fantastis menurut saya & akhirnya saya membatalkan kontrak perjanjian kerja di perusahaan yang baru. Dengan begini, rencana pernikahan yang tadinya 2 tahun lagi, menjadi hanya 9 bulan sejak pertemuan saya dengan Yuli. Dibulan Juni tanggal 24 tahun 2012, saya & Yuliana diberkati menjadi Suami Istri oleh Bapak Pdt. Judika Sihaloho STh.         

Bertus bersama isteri dan putrinya
Pernikahan tidak semulus yang dibayangkan. Masalah ekonomi khususnya, karena dampak pernikahan yang dimajukan adalah harus membayar hutang sampai dengan 25 juta jumlahnya. Seiring dengan itu, 1 bulan berikutnya kami diberikan karunia oleh Tuhan Yesus. Istri saya mengandung. Sukacita bercampur bingung. Dalam masa kehamilan, Istri saya di opname 2 kali. Sedangkan Istri tidak bekerja pada saat masa kehamilan. Lengkap sudah penderitaan, sudah tidak punya biaya karena harus bayar hutang pernikahan ditambah lagi harus bayar Rumah Sakit. Pada waktu itu saya tidak punya asuransi untuk mengcover Istri baik asuransi perusahaan maupun asuransi pribadi. Asuransi saya hanya Tuhan. Bagaimana dengan keadaan anak & istriku?, hanya itu yang aku tanyakan kepada Tuhan. Hanya satu keyakinanku, Tuhan yang mengaruniakan kami anak maka tangan Tuhan sendiri yang akan merawat anak itu. Akhirnya kami harus mencari hutangan lagi untuk menutupi biaya Rumah Sakit, begitu seterusnya kami harus menggali lubang tutup lubang sampai anak kami lahir. Hingga tiba dihari persalinan tanggal 14 Mei 2013, Tuhan mengkaruniai kami Anak Perempuan yang canti & normal fisiknya bernama Jessemy Ravaella (artinya Bunga yang disembuhkan oleh Tuhan). Saat ini perlahan-lahan Tuhan mengangkat kehidupan kami, Istri saya kembali bekerja & saya dipercaya memimpin Team Data Center. Tuhan memberi saya kehormatan untuk melayani Dia digereja ini sebagai Kabid Musik & Pelaksana tugas (Plt) sebagai Wakil K3R 8.

Motto Hidup saya, teruslah melayani Tuhan dimanapun kita berada. Masalah boleh ada, tapi biarlah dagu ini tetap terangkat bersama Tuhan. Hidup ini singkat, bukan masalahlah hidup atau kebahagiaan karena fasilitas dunia yang menjadi fokus kita, melainkan berjuang untuk hidup berkenan dihadapan Tuhan!. Filipi 3:13-14  
  
  




     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar