Senin, 09 Maret 2015

PROFIL : ARIF BUDI PRAMONO




Arif Budi Pramono, demikian nama yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Lahir di Temanggung Jawa Tengah, 27 September 1973. Sejak kecil sudah terlahir Kristen karena kedua orangtuanya adalah Kristen, anak ke-5 dari lima bersaudara. Bapaknya adalah seorang guru SD dengan anak 5 yang sedang membutuhkan biaya sekolah, akhirnya dia ikut neneknya di kampung ibunya sedangkan kakak-kakaknya dan orangtuanya tinggal di rumah dinas sekolah dimana bapaknya mengajar. Di kampung neneknya rata-rata muslim dan sering merasa dikucilkan dan sering dihina dicaci oleh teman-teman dan tetangganya, bahkan guru SD disekolahnya sampai dia tinggal kelas satu SD. Setelah SMP, dia pun kembali berkumpul bersama ibu dan bapaknya di kota. Di Kota mereka beribadah di gereja Kristen Pantekosta. Sewaktu duduk di kelas 2 SMA, bapaknya di panggil Tuhan. Hal ini membuatnya setelah menamatkan SMA tidak dapat melanjutkan untuk kuliah. Dia merantau ke Jakarta dan tinggal bersama kakaknya di rusun Kemayoran. Lewat pergaulan di lingkungan tersebut  dia mendapatkan pekerjaan di bangunan. Setelah tahu ada gereja di rusun tersebut, dia pun rajin ikut kebaktian dan dari ibu gembala dia mendapatkan pekerjaan yang baru di PT. Joenoer Ika Mulya di kawasan industri Pulo Gadung. Karena kondisi lingkungan di rusun yang kurang baik dia memutuskan mencari kontrakan di sekitar tempat kerja. Akhirnya bertemu dengan isterinya di dalam satu lingkungan kerja, mereka menikah tahun 1997 dengan cara pernikahan non Kristen karena isterinya bukan Kristen. Hati dan jiwanya tidak sejahtera. Dia dikarunia dua anak yaitu Anastasya mia Esterina dan Jonathan Pramono. Kerinduannya untuk bergereja  muncul lagi, akhirnya dia dan keluarga pindah ke Bekasi di Kavling PGRI dan mencari-cari gereja untuk tempat beribadah. Akhirnya dia menemukan GBI Rehobot THB dengan gembala sidang saat itu adalah Bp. Yohanes Gunawan.


Isterinya pun dibaptis dan menerima pemberkatan nikah oleh Pdt. Brikson Hutapea. Dari sinilah awal pemulihan keluarganya. Pada saat kelahiran anak kedua diketahui posisinya adalah sungsang, tapi dia dan keluarga hanya percaya kepada Tuhan Yesus dan yakin tidak ada yang tidak mungkin baginya. Sebelum berangkat ke Bidan, tetangganya bilang ke rumahnya dulu sebelum lahiran. Tetangganya tersebut ternyata adalah seorang dukun, dia memberikan air agar kelahirannya lancar. Dia tidak mau mengambil air yang diberikan karena dia yakin dan percaya hanya  Tuhan Yesuslah sumber air kehidupan. Puji Tuhan Anak dan isterinya selamat. Dia sangat mendukung dan antusias dengan mengikuti ibadah K3R. Dengan ibadah tersebut mereka bertumbuh dan terus bisa belajar kebenaran meskipun berbeda status sosial dapat saling mengisi dan saling berbagi dalam pengenalan akan Kristus. Walau keluarganya tinggal di llingkungan paling jauh di Tambun Bekasi. Satu hal yang menjadi pedoman hidupnya adalah “Berserah kepada Tuhan dan minta ampun padanya dan bersedia menuruti rencanaNya, pasti hidup kita selalu di jalan-jalan Tuhan. Jiwa dan kita akan terpuaskan.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar