Hapy, sosok wa-nita yang berju-ang untuk ke-luarga dengan tidak memilih pekerjaan yang harus di lakoni termasuk mem-bawa Odong-odong walaupun biasanya dilaku-kan oleh Pria. “Hidup harus di jalani, tantangan yang ada bukan dihindari tetapi harus dijawab. Tidak perlu malu.”
Ibu yang bernama Hapy Stevani adalah anggota K3R 9. Tanggal 1 April 2013 yang lalu suami tercinta, Bapak Marta Sunarto telah dipanggil pulang Bapa kembali ke Surga dan dikebumikan di TPU Perwira. Proses pemanggilan yang sangat indah, di mana Tuhan mengirimkan Malaikatnya untuk menjemput pak Marta pada saat ia tidur dalam pangkuan malam yang lelap. Pagi itu bu Hapy bermaksud membangunkan suami yang kelihatannya masih tertidur pulas. Rencananya pagi itu mereka akan pergi kerumah sakit ataupun puskemas untuk berobat. Tetapi betapa kagetnya ibu Hapy karena sang suami tercinta sudah “tidak ada lagi”. Dari hasil pernikahan bu Hapy dan pak Marta, Tuhan mengaruniakan satu orang putri yang bernama Dewi Natalia. Kini Dewi sudah bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta Sebelum meninggal, keseharian bapak Marta, dibantu sang istri berprofesi sebagai “penarik odong-odong”. Kerja keras dan kegigihan pasangan ini, menjawab tantangan hidup yang ada di depan mata. Mereka bukan orang-orang yang gampang mengeluh, tetapi orang yang mampu menciptakan solusi dengan kreatifitas yang tinggi diruang kehidupan ini.
Bu Hapy menuturkan bagaimana mereka menggulirkan kehidupan ini hari lepas hari. Sebelum menarik Odong-odong pak Marta bekerja di sebuah pabrik di daerah Teluk Gong. Kemudian mereka pindah ke Bekasi dan menumpang dirumah seorang teman beberapa bulan lamanya. Pak Marta dan Bu Hapy bekerja apa saja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sambil menyekolahkan putri semata wayangnya. Kondisi kesehatan yang rapuh membuat pak Marta tidak bisa lagi bekerja mengandalkan tenaga. Ia lebih banyak beristirahat dirumah, sementara bu Hapy bekerja menjaga anak di sebuah keluarga. Pada suatu hari ibu Hapy melihat seorang pria separuh baya menarik odong-odong. Hal itu memberinya ide. Menarik odong-odong kan tidak membutuhkan tenaga yang terlalu besar. Hal itu didiskusikan kepada suami. Pak Marta setuju.
Pertengahan tahun 2011, mereka bertemu dengan pak Asni yang menyewakan odong-odong dengan tarif 20.000 rupiah perhari. Hari pertama narik odong-odong ‘hanya’ dapat 27.000 rupiah. Hari kedua 43. 000 rupiah.
Melihat hal itu mereka memohon pada pak Asni agar uang sewa 15.000 rupiah saja.
Pak Asni setuju. Pada suatu hari mereka bertemu pak Rino yang menawarkan kredit odong-odong seken, plus sewa 15.000 perhari. Pak Marta setuju dan bekerja sangat giat. Dalam tempo 3 bulan, odong-odong yang dihargai 2.350.000 itu lunas dan menjadi milik pak Marta.
Kesehatan pak Marta semakin menurun, bu Hapy tidak tinggal diam, ia juga turut ambil bagian menarik odong-odong. Ibu Hapy menikmati profesinya ini. Dengan sederhana ia berkata, “Hidup harus di jalani, tantangan yang ada bukan dihindari tetapi harus dijawab. Tidak perlu malu.”
Berketepatan dengan perayaan hari Kartini ini, Ibu Hapy yang berjuang ditengah-tengah keluarga bisa menjadi kisah yang inspiratif memotivasi dan menggerakkan kita untuk berani menghadapi realitas kehidupan ini dengan sepenuhnya bersandar pada Tuhan. Amin. (EDH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar