A. Arti Kuasa Perkataan
Dari teks yang kita baca, perkataan disini menunjuk lidah dan mulut. Karena memang perkataan kita diucapkan lidah dan mulut. Mari kita perhatikan beberapa ayat dari kitab Amsal :
Ams 10:11 Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.
Ams 18:21 Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.
Ams 12:18 Ada orang yang lancang mulutnya seperti tikaman pedang, tetapi lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan.
Dari Ayat-ayat diatas, kita diberitahu bahwa “perkataan” kita memiliki “kuasa”, yaitu memberi kehidupan atau kematian, seperti tikaman pedang atau kesembuhan. Jadi kuasa perkataan disini bukanlah mantra yang bila diucapkan (berulang-ulang) maka ada kuasa yang mengerjakan sesuatu. Tetapi yang dimaksud dengan “Kuasa Perkataan” disini adalah bahwa ada konsekuensi, akibat dan dampak dari setiap perkataan yang kita ucapkan. Perkataan kita bisa menyakiti hati orang lain atau membuat marah orang lain namun dapat juga memberi semangat atau bahagia dengan kata-kata pujian. Perkataan kita dapat melemahkan iman orang lain namun dapat juga menguatkan iman orang lain.
Contoh kasus :
Berapa banyak pernikahan hancur atau terjadi perceraian karena suami-istri saling melukai melalui perkataan. Sebaliknya berapa banyak pula pernikahan semakin baik karena kata-kata pujian yang keluar dari mulut suami-istri. (dipuji satu kata dibalas satu kalimat)
Anak-anak sakit hati karena perkataan menyakitkan dari orang tua, demikian sebaliknya orang tua sakit hati karena perkataan anak– anak.
Jangan heran jika ada yang merusak tubuhnya bahkan bunuh diri.
Hubungan para pelayan Tuhan rusak karena perkataan.
Sekali lagi, Kuasa Perkataan disini bukanlah kuasa yang mengadung “GAIB”, atau seperti yang diajarkan “Positive Thinking”, yaitu perkataan kita jika kita perkatakan berulang-ulang akan menghasilkan kuasa. Jika ini benar maka akan sedikit saja orang yang jahat di bumi ini, karena semua kita memperkatakan orang lain jadilah manusia yang baik dan berkenan kepada Tuhan. Penginjilan jadi jauh lebih mudah.
B. Lidah atau Perkataan yang Tidak Konsisten.
Rasul Yakobus gelisah melihat anak-anak Tuhan yang tidak memberikan pengaruh baik dalam hidup mereka, Yakobus melihat atau mendengarkan ucapan mereka tidak konsisten. Ayat 9-12 menyebutkan bagaimana bisa terjadi dari mulut yang satu keluar pujian bagi Tuhan dan juga kutuk bagi sesama. Seharusnya tidak boleh demikian kata Yakobus. Yakobus menegaskan lagi dengan analogi mata air dan pohon untuk memperjelas bahwa tidak boleh dari sumber yang satu keluar dua hasil yang berbeda.
Kita, anak-anak Tuhan yang telah ditebus dengan Darah Yesus, memiliki satu sumber yaitu Bapa, dan Bapa hanya memberikan yang terbaik, tidak ada yang jahat keluar dari Nya.
Nah, kalau kita anak-anak Bapa di sorga harusnya kita hanya mengeluarkan kasih, perkataan yang memberi kehidupan atau membangun orang lain. Jika tidak demikian berarti ada yang salah dengan diri kita atau something wrong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar