A. Pendahuluan
Manusia ada bukan karena kehendaknya sendiri dan bukan pula dari hasil proses evolusi dari binatang tingkat rendah kepada binatang tingkat tinggi. Ini sering disebut teori Darwin. Tetapi manusia ada karena Tuhan yang menciptakannya.
B. Manusia Hasil Karya Allah Sang Pencipta.
Kitab Kejadian menjelaskan dengan jelas dan tegas bahwa manusia itu diciptakan Allah (Kej 1:26; 2:7). Inilah yang membuat manusia itu berbeda dengan Allah. Allah adalah Pencipta dan manusia adalah ciptaan, hasil karyaNya. Manusia diciptakan dari yang tidak ada menjadi ada, baik bahan maupun penciptaan manusia itu unik artinya berbeda dengan ciptaan yang lain.
Manusia diciptakan dalam Musyawarah.
Manusia diciptakan melalui musyawarah dan pertimbangan Allah. Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…………(Kej 1:28). Kata “Kita” menunjukkan “Pribadi Allah yang jamak” (Bandingkan : Kej 1:1 “Kata “Allah” dalam bahasa Ibraninya dalam bentuk jamak : “Elohim”). Jadi Allah mengadakan sidang Ilahi lebih dulu sebelum menciptakan manusia. Manusia diciptakan dalam Musyawarah, hal ini berarti:
- Allah telah mempertimbangkan bersama segala konsekuensi dan resiko menciptakan manusia.
- Betapa berartinya manusia dimata Allah. Tuhan tidak berbuat demikian kepada ciptaan yang lain.
- Allah telah mempertimbangkan bersama segala konsekuensi dan resiko menciptakan manusia.
- Betapa berartinya manusia dimata Allah. Tuhan tidak berbuat demikian kepada ciptaan yang lain.
Manusia diciptakan dengan tangan Tuhan sendiri. (Kej 2:7)
Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Kata “membentuk” (Ibr. Yatser) mengandung arti : To mould (membentuk), To carve (mengukir), to form (membentuk), to fashion (menciptakan “mode”), Pengertian dasarnya adalah “moulding something to a desired shape” (Membentuk sesuatu kepada yang diinginkan). Dari penjelasan di atas dan konteks Kej 2:7, kata Yatser mengandung pengertian aktifitas kreatif Allah,dan mengandung unsur “seni”. Allah membentuk manusia itu dan mengukirnya menjadi “bentuk” yang diinginkanNya kemudian Allah menghembuskan nafas hidup (nismat khayyim) ke dalam hidungnya. Demikianlah manusia itu menjadi mahluk yang hidup.
C. Implikasi dan Aplikasi Manusia adalah Mahluk Ciptaan.
Jika kita menyadari bahwa manusia adalah mahluk ciptaan maka:
· Manusia bergantung kepada Tuhan. Ciptaan itu bergantung pada Penciptanya. Menyadari tidak bisa hidup tanpa Tuhan (Kej 2:16-17).
· Membangun hubungan yang benar dengan penciptanya terus-menerus .
· Sebagai ciptaan, mengabdi kepada Tuhan, ia sadar bahwa ia adalah hamba Tuhan. Melakukan hanya yang dikehendaki Sang Majikan. Ia tidak pernah merdeka. Jika ia mau merdeka dari Tuhan itu sama dengan memberontak kepada Pencipta. Tidak ada merdeka yang benar-benar merdeka. Kemerdekaan atau kebebasan seorang hamba adalah “merdeka melakukan kehendak Tuannya. Kita hanya merdeka atau bebas melakukan kehendak Tuhan.
· Memahami diri tidak bermilik.
Bila kita menyadari kita tidak bermilik, maka semua yang kita punya adalah milik Tuhan : maka kita akan rela mempersembahkan segenap hidup kepada Tuhan dan tidak merasa berjasa jika berbuat sesuatu, dengan kata lain tidak merasa memberi tetapi mengembalikan. Jika kita kehilangan sesuatu tidak merasa memiliki dan tidak merasa sakit (Ay 1:21).
Bila kita menyadari kita tidak bermilik, maka semua yang kita punya adalah milik Tuhan : maka kita akan rela mempersembahkan segenap hidup kepada Tuhan dan tidak merasa berjasa jika berbuat sesuatu, dengan kata lain tidak merasa memberi tetapi mengembalikan. Jika kita kehilangan sesuatu tidak merasa memiliki dan tidak merasa sakit (Ay 1:21).
· Memiliki Kerendahan hati
Apa yang bisa disombongkan oleh manusia yang diciptakan, bahkan dicipta dari debu tanah, barang yang “fragile”, mudah pecah. (2 Kory 4:7).
Apa yang bisa disombongkan oleh manusia yang diciptakan, bahkan dicipta dari debu tanah, barang yang “fragile”, mudah pecah. (2 Kory 4:7).
· Sadar bahwa kita akan kembali kepada Sang Pencipta (Pengk. 12:7). Kembali untuk menerima hidup kekal atau dihukum dalam kesengsaraan kekal. Tragis hidup ini jika tidak bersama Tuhan kelak dalam kerajaan kekalnya.
Akhirnya, kita akan menyadari dengan benar bahwa aku ada untuk Tuhan, bukan Tuhan ada untuk aku. “God doesn’t exist for me, but I exist for God"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar