|
Ibu Rusli Nadeak bersama usaha mikronya. |
“Jangan takut menghadapi hidup ini, walau berat tantangannya, jalani saja. Berdoa, bekerja, jangan putus asa. Ada Tuhan yang menolong kita setiap saat. Masa-masa sulit memang ada, tetapi pertolongan Tuhan tetap tersedia. Jangan bersungut-sungut, bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Percayalah Tuhan tak pernah meninggalkan kita.”, demikian ungkap ibu Rusli Nadeak anggota K3R-9 kepada MEDIAK3R.
Kehidupan di Bekasi sudah sama dengan Jakarta, tingginya pertumbuhan penduduk membuat persaingan hidup di kota ini sangat ketat. Tetapi Jakarta tetaplah menjadi kota harapan bagi orang-orang yang ingin mengubah kehidupannya secara ekonomi, pendidikan dan alasan-alasan lain.
Hal ini pula yang mendorong ibu Rusli Nadeak untuk pergi dari kampung halamannya Siborong-borong. Setelah suaminya meninggal, pada tahun 2005, ia sangat kehilangan dan bingung. Ia menyadari dari segi kesehatan phisiknya, ia tidak sanggup bertani. Jika memakai buruh, dana untuk menggaji buruh tidak ada.
Akhirnya pada tahun 2007 ia ‘nekat’ merantau ke Jakarta, bersama dengan dua orang anaknya Eben dan Erni yang pada waktu itu masih kecil-kecil (Sekarang Eben sudah bekerja sambil kuliah). Saudaranya melarangnya pergi dari kampung dan menyarankan untuk mencari suami saja.
Bu Rusli tidak menerima tawaran tersebut, tekatnya sudah bulat. Ia berangkat ke Jakarta dan untuk sementara menumpang di rumah adiknya di daerah Bekasi. Waktu itu rumah itu kosong. Ia tinggal di sana beberapa bulan hingga kemudian rumah itu terjual. Lalu bu Rusli mengontrak di daerah Kavling Penggalengan hingga sekarang.
Mula-mula yang dilakukan oleh bu Rusli adalah menjual jajanan kering. Ia membeli dari produsen, kemudian membungkusnya dalam plastic kecil-kecil. Kemudian dia menitipkannya di warung-warung. Ia melibatkan anak-anaknya yang kadang-kadang bekerja sampai jam 12 malam.
Usaha itu tak lama di kerjakan karena tetangga pada ikut-ikutan, akhirnya ia mulai membuka warung kecil-kecilan dirumahnya. Puji Tuhan, warung tersebut bisa berjalan walau modalnya sangat terbatas. Ketika ada program KRL (Kredit Lunak Rehobot) dari gereja untuk membantu jemaat yang kekurangan modal, bu Rusli mengajukan permohonan untuk meminjam. Permohonan beliau disetujui dan ia mengelola uang tersebut dengan bijak.
Hingga kini warung bu Rusli berjalan dengan baik, dan semakin berkembang. Sekarang anak-anaknyapun sudah besar. Semua kesulitan hidup yang pernah mereka lalui menjadi cerita indah. Mengapa indah? Karena disitulah terlihat pertolongan Tuhan bagi umatnya yang tak pernah putus asa. Ibu Rusli berkata, “Jangan takut menghadapi hidup ini, walau berat tantangannya, jalani saja. Berdoa, bekerja, jangan putus asa. Ada Tuhan yang menolong kita setiap saat. Masa-masa sulit memang ada, tetapi pertolongan Tuhan tetap tersedia.
Jangan bersungut-sungut, bergantung sepenuhnya pada Tuhan. Percayalah Tuhan tak pernah meninggalkan kita.” Lebih lanjut bu Rusli berucap, “Saya mengucap syukur pada Tuhan karena gereja mengadakan KRL untuk menolong jemaat. Saya merasa bahwa itu adalah uang Tuhan, maka saya selalu mengutamakan menyisihkan penghasilan warung untuk membayar bulanan saya.”
Puji Tuhan, kiranya kesaksian ini menjadi inspirasi bagi jemaat Rehobot THB. Kita perlu nekat untuk mempercayai Tuhan dan kita perlu tekat yang kuat untuk menjalani kehidupan ini dengan penuh tanggungjawab. Amin.
|
Ibu Rusli Nadeak dengan puterinya. |