A. Pendahuluan
Kita tidak bisa memungkiri manusia itu memiliki kodrat
tidak mau dikekang, tidak rela hidupnya dibatasi dari kemauannya. Dengan kata
lain manusia itu maunya harus untuk kepentingan dirinya, keuntungan dirinya.
Hidupnya hanya memikirkan dirinya, bagaimana agar hidupnya senang dan nyaman.
Ia tidak pernah memikirkan orang lain.
Mereka yang ekonominya kuat
Mereka hanya memikirkan bagaimana bisa menikmati
fasilitas yang dimilikinya, atau uangnya yang banyak. Hari ini mau kemana,
besok kemana, lihat tanggal libur kemudian pergi berlibur ke luar kota atau ke
luar negeri, beli barang-barang kesukaan, dll.
Hari-harinya pergi berbelanja, ganti barang sesuka hati
tidak peduli harganya mahal atau tidak, butuh atau tidak, penting atau tidak
penting, yang penting suka.
Demikianlah hidupnya atau gaya hidupnya. Mereka tidak
pernah peduli kepada orang lain, tidak peduli kepada pekerjaan Tuhan.
Ia tidak pernah berkata : “Tuhan apa yang bisa kuperbuat
bagi orang lain dan Kerajaan Tuhan dalam kekayaanku ?”
Apalah artinya seseorang punya banyak tetapi hanya untuk
dirinya sendiri. Kerja keras dan mendapatkan banyak tetapi hanya untuk diri
sendiri, tidak ada yang dapat dibanggakan dari orang seperti ini karena
memandang yang dia punya milikny dan hanya digunakan untuk dirinya (band. Luk
12:13-21)
Mereka yang ekonominya lemah
Mereka yang ekonominya lemah atau miskin pun sama saja.
Ia juga hanya memikirkan diri sendiri, mengasihani diri sendiri. Ia hanya
bertanya :”Mengapa nasibku begini ? mengapa aku dulu memilih suami yang “bokek”
sehingga hidupku pun jadi bokek, coba aku pilih yang kaya kan aku jadi kaya
juga, tidak susah seperti sekarang ini.
Pikirannya berkhayal dan berkata : “coba aku punya banyak
uang, aku pun bisa beli ini dan itu, pergi kesana atau kesini.
Mereka pun tidak pernah memikirkan orang lain dan
pekerjaan Tuhan. Ia tidak pernah berkata kepada Tuhan : “Tuhan apa yang bisa
kuperbuat bagi orang lain dan KerajaanMu dalam keminiskinanku ?”
Sebagai anak-anak Tuhan yang telah banyak belajar
Kebenaran Tuhan, kita harus sudah semakin sedikit memikirkan diri sendiri.
Kebenaran telah bertahun-tahun kita dengar yang mengajar kita agar hidup tidak
untuk diri sendiri tetapi untuk Tuhan dan dibuktikan dengan peduli kepada orang
lain, mengasihi sesama (Mat 22:37-39) harus sudah menggores dalam di batin
kita. Inilah yang memampukan kita tidak egois lagi.
B. Belajar Peduli
Peduli adalah sebuah tindakan kasih. Peduli terhadap
orang lain adalah sebuah keputusan yang didasarkan pada kemauan kita. Ini tidak
ada hubungan suka atau tidak suka. Tuhan tidak pernah mengajarkan : “Pedulilah
kepada orang yang anda sukai”. Tuhan ajarkan : “Pedulilah kepada sesamamu”.
Apakah saudara peduli dengan pekerjaan Tuhan ? Misalnya
dengan gereja kita, apakah kita peduli dengan kebutuhan gereja kita, atau yang
dibutuhkan gereja kita demi kelangsungan pemberitaan Kebenaran Tuhan dan demi
keselamatan orang lain ? Mari kita memikirkannya bersama dengan jujur dihadapan
Tuhan.
Mulailah dari sekarang untuk “peduli”. Karena dengan
demikianlah kita bisa dirasa oleh orang lain. Jangan kita hanya mau merasa,
tetapi tidak mau dirasa. Mulailah dari keluarga kita masing-masing, lingkungan
kita atau komunitas gereja kita.
Mungkin selama ini kita hanya mau merasa kebaikan Tuhan,
perhatian orang lain, tetapi tidak pernah berusaha agar kita dirasakan oleh
orang lain dan dirasa oleh Tuhan (dinikmati oleh Tuhan)
C. Belajar dari Yesus
Dalam Markus 6:34-38 kita juga melihat belaskasihan Yesus
Belas kasih adalah bukti kepedulian. Ketika Yesus melihat orang banyak,
tergeraklah Yesus oleh belas kasihan karena melihat mereka seperti domba yang
tak mempunyai gembala (Mrk 6:34),
kemudian Yesus memberi mereka makan, karena mereka butuh roti.
Tuhan Yesus melibatkan murid-murid dalam memberi makan
orang banyak Kamu harus memberi mereka makan (Mrk. 6:37) Berapa banyak roti
yang ada padamu (Mrk 6:38)
D. Apakah saudara mau peduli ?
Mulailah dengan apa yang ada pada saudara ? Apa yang
saudara punya ? uang, tenaga, waktu, dll Berikan apa yang saudara punya kepada
Yesus dengan tulus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar