Berprofesi sebagai seorang pengajar, merupakan ladang pengabdiannya kepada Tuhan. Amrin Situmeang, demikian nama pak guru kita ini, berasal dari Pinangsori, Sumatera Utara. Ia lahir tanggal 14 Juli 1968. Bertumbuh dan besar di tengah-tengah keluarga yang takut akan Tuhan. Kedua orangtuanya adalah penganut GPDI yang taat. Penekanan hidup takut akan Tuhan telah diajarkan orang tuanya sejak kecil.
Sebagai anak sulung dari enam bersaudara, ia rindu meringankan beban orang tua yang berprofesi sebagai petani tradisional. Setelah tamat SMA ia merantau ke Jakarta. Ternyata perantauan jilid satu ini tidak membuahkan hasil. Kemudian Ia berangkat ke Pekan Baru. Dua tahun di sana, ia tidak memperoleh apa-apa. Akhirnya ia kembali ke kampung halaman.
Cita-citanya untuk merantau tidak padam. Sedikit-demi sedikit ia mengumpulkan uang untuk ongkos, sampai kemudian pada tahun 1993, ia kembali ke Jakarta. Tampaknya perantauan jilid dua ini lebih beruntung daripada yang pertama. Ia diterima bekerja ditempat pencucian mobil, di Kelapa Gading.
Satu tahun bekerja di sana, ia kemudian diterima bekerja sebagai tukang kebun disebuah sekolah bertaraf Internasional yang letaknya tidak jauh dari tempat cucian mobil. Setahun kemudian, tahun 1995 ia diangkat menjadi asisten guru di sekolah tersebut hingga akhirnya menjadi guru di sekolah tersebut hingga tahun 2010. Sekolah tersebut bernama North Jakarta International School (NJIS). Bahasa pengantar di sekolah tersebut adalah bahasa Inggris. Sekarang Pak Amrin mengajar di sekolah Bentry School di daerah Sunter.
Ia menikah dengan Rosinta Uli Saragih pada tanggal 26 Desember 1994 – teman pelayanannya mengajar Sekolah Minggu di HKBP Pejuang. Mereka di berkati di GPDI Sibolga. Tampaknya kehadiran ibu Sinta dalam kehidupan Pak Amrin luar biasa – membawa berkat yang luar biasa, demikian kata ibu Sinta sambil tertawa. Pasangan guru ini di karuniai Tuhan tiga orang putra: Daniel Christian, Natanael Christianto, dan Alan Christian.
Sejak muda Pak Amrin selalu aktif melayani pekerjaan Tuhan. Setelah menikah mereka bergabung di GBI Kasih Karunia. Ia melayani sebagai Song Leader. Pada tahun 2000 mereka bergabung di Rehobot, hingga sekarang. Pak Amrin berkata, “Semua adalah anugrah Tuhan, tak pernah terbayangkan bisa menjadi guru di sekolah bertaraf internasional – murid-muridnya orang ‘bule’, China, India, padahal kita cuma orang kampung. Itu semua anugrah Tuhan semata.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar